Tanda
tangan Soekarno di 'Supersemar' itu palsu
Senin, 11 Maret 2013
12:28:28
Pencarian
naskah asli Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) masih terus dilakukan
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Terakhir, ANRI mendapat satu versi
lagi yang diyakini sebagai Supersemar asli.
"Yang
menyerahkan yayasan akademi kebangsaan," kata Kepala ANRI, Asichin, saat
dihubungi merdeka.com, Senin (11/3).
Saat
penelitian awal, pihaknya agak yakin bahwa selembar surat berkop Burung Garuda
itu adalah Supersemar asli.
"Karena
kertasnya produk 1966," kata dia tentang tahun penandatangan surat dari
Presiden Soekarno kepada Soeharto itu.
Untuk
mengecek keaslian secara menyeluruh, ANRI mengirim surat itu ke Puslabfor
Bareskrim Mabes Polri. Setelah diteliti di laboratorium, akhirnya dinyatakan
surat itu Supersemar palsu.
"Dinyatakan
tanda tangan atas nama Soekarno itu bukan tanda tangan orisinal hasil tarikan langsung,
tetapi hasil cetak," kata Asichin tentang hasil Puslabfor Polri yang
disampaikan Juli tahun lalu.
Begitu
juga dengan kop Burung Garuda di surat tersebut. Puslabfor Polri menyatakan kop
surat itu juga tidak asli. "Dengan demikian hingga kini belum menemukan
yang asli," ujar dia.
Sebelumnya,
di ANRI sudah ada dua versi Supersemar. Pertama, yakni surat yang berasal dari
Sekretariat Negara. Surat itu terdiri dari dua lembar, berkop Burung Garuda,
diketik rapi dan di bawahnya tertera tanda tangan beserta nama 'Sukarno'.
Sementara
surat kedua berasal dari Pusat Penerangan TNI AD. Surat ini terdiri dari satu
lembar dan juga berkop Burung Garuda. Ketikan surat versi kedua ini tampak
tidak serapi pertama, bahkan terkesan amatiran. Jika versi pertama tertulis
nama 'Sukarno', versi kedua tertulis nama 'Soekarno'. Namun, kedua surat itu
dinyatakan tidak asli alias palsu.
ANRI
tetap meyakini Supersemar yang diterbitkan tepat 47 tahun lalu itu pernah ada.
Hal itu berdasarkan pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1966 dan pengakuan mantan
Mensesneg Moerdiono sebelum tutup usia. Saat itu, Moerdiono mengaku pernah
melihat surat yang menandakan transisi Orde Lama ke Orde Baru itu.
"Kami
yakin Supersemar pernah ada, tapi apakah fisiknya masih ada hingga sekarang
kami tidak bisa menyimpulkan," kata Asichin menambahkan pihaknya akan
terus menelusuri keberadaan surat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar